DI tahun 2023 hingga oktober ini pergerakan indeks saham cenderung sideways dan penurunan harga sering terjadi, namun demikian koreksi dalam investasi bukanlah sesuatu yang aneh di bursa saham, kejadian terburuk dalam 10 tahun terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2020 ambles ”hanya” sebesar 5% karena pandemi namun bila anda berinvestasi di IHSG maka potensi kerugian maksimal yang bisa anda derita adalah masuk di tanggal 3 Januari 2020 ketika indeks berada di level tertinggi 6323 dan keluar tanggal 24 Maret 2020 saat IHSG terjun bebas ke level terendah di 3937 dengan kata lain anda buntung sebesar 37%, memang betul IHSG kembali rebound setelah itu namun potensi kerugian ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor
Potensi kerugian maksimal dala waktu tertentu ini dalam istilah investasi dikenal sebagai Maximum Draw Down (MDD). Dalam 10 tahun terakhir data kejatuhan IHSG dapat dilihat dalam tabel berikut
Tahun MDD (%) Return (%) Hari
2023* -5.42 1.23 30
2022 -9.32 4.09 22
2021 -10.48 10.08 126
2020 -37.75 -5.09 70
2019 -11.01 1.7 100
2018 -15.78 -2.54 134
2017 -2.72 19.99 35
2016 -8.12 15.32 80
2015 -25.4 -12.13 174
2014 -6.36 22.29 35
2013 -23.91 -0.98 99
*Year To Date higga 12 Oktober 2023 sumber :www.infovesta.com
Dapat dilihat bahwa walaupun umumnya indeks mengalami return positif namun selalu ada potensi bagi investor yang ”kurang beruntung” untuk mengalami kerugian setiap tahun bila membeli pada saat harga tertinggi dan ”cut loss” setelahnya pada harga terendah. Bila dirata-rata dalam 10 tahun terakhir indeks selalu dapat jatuh sebesar 14% dari titik tertingginya. Kejatuhan dalam ini tidak terjadi dalam waktu singkat, di tahun 2015 nyaris dalam 9 bulan IHSG terus melemah, koreksi iHSG hingga kembali rebound tercepat terjadi di tahun 2022 yang mencapai 22 hari. Pada tahun 2023 sendiri IHSG sudah pernah melemah berturut-turut sebanyak 30 hari, diabawah rata-rata 10 tahun sebanyak 80hari.
IHSG sendiri masih ada dalam tren recovery pasca pandemi dan risiko MDD terus menurun. Tentu investor berharap tren ini dapat berlanjut hingga tahun depan. Apalagi masuk tahun politik umumnya IHSG selalu positif menyambut program-program baru dari presiden terpilih nantinya. Walau demikian
proyeksi pertumbuhan ekonomi pasca pandemi dipandang belum sesuai ekspektasi dimana banyak katalis negatif yang menghambat pertumbuhan laba para emiten, seperti krisis geopolitik dantren inflasi yang meningkat.
Walaupun angka kerugian diatas dapat terlihat mengerikan investor saham perlu untuk terus memiliki horizon investasi jangka panjang.
Pada kerugian sangat dalam di tahun 2020 pun IHSG dapat rebound kembali di tahun 2021. Artinya selama fundamental ekonomi masih baik dan para emiten masih dapat menghasilkan profit dari menjalankan usahanya maka selalu ada potensi untuk rebound. Harap diingat bahwa MDD pada emiten saham rata-rata akan diatas IHSG sehingga walau koreksi merupakan bagian dari investasi saham investor sebaiknya selalu memiliki strategi untuk menghadapinya, salah satunya melalui pengelolaan oleh manajer investasi profesional melalui reksadana.
Hakikat dari reksa dana saham adalah kita menitipkan uang kita ke manajer investasi (MI) untuk dikelola. Atas jasa penitipan dan pengelolaan tersebut maka MI memungut fee/biaya dalam bentuk persentase yang besarannya tetap. Dengan kata lain baik saat kita untung ataupun rugi MI akan terus memotong fee, tentu saja investor mengharapkan MI mampu mengalahkan pasar sehingga tidak sia sia kita membayar fee ke MI. Bentuk mengalahkan pasar ini bermacam-macam salah satunya adalah bila pasar sedang turun maka reksa dana saham diharapkan turun lebih kecil dari IHSG.
Untuk tahun 2024 sendiri dari Infovesta memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran 7500-7800, walau demikian dengan kondisi bursa saham saat ini berfluktuasi dengan sangat tajam maka bisa saja sewaktu-waktu berbalik arah. Untuk mengantisipasi hal ini investor dapat berinvestasi pada reksa dana saham yang secara historis potensi kerugiannya lebih kecil dari IHSG dengan harapan bila tiba tiba pasar berbalik arah kerugian yang diderita investor tidak sebesar pasar. Untuk memilih reksa dana saham yang terukur secara risiko dapat dilihat dengan cara membandingkan MDD RDS dengan MDD IHSG secara historis.
Happy Investing