Sejak diterbitkan pertama kali pada tahun 1996, reksa dana telah berevolusi dari instrumen investasi menjadi alat untuk mencapai tujuan keuangan. Ratusan, ribuan bahkan puluhan ribu investor mulai menggunakan reksa dana untuk mencapai tujuan keuangan seperti pensiun, pendidikan anak, rumah idaman di masa mendatang. Bagi investor yang memperlakukan reksa dana sebagai instrumen untuk mencapai tujuan keuangan yang lebih serius, ada 2 strategi investasi yang dapat dipergunakan yaitu Strategi Buy and Hold dan Portofolio Rebalancing.
Metode Buy and Hold adalah metode investasi dimana investor berinvestasi kemudian mendiamkan dalam jangka waktu yang lama tanpa terlalu peduli kenaikan atau penurunan harga dengan asumsi investasi dalam jangka panjang pasti menguntungkan. Diketahui bahwa probabilitas investor untuk mengalami kerugian di bursa saham dengan jangka waktu 15 tahun adalah 0%. Sementara bagi investor yang memiliki jangka waktu investasi antara 3 – 10 tahun memiliki probabilitas kerugian antara 4.8% - 24,6%. Artinya hanya investor yang memiliki periode 15 tahun yang selalu mendapatkan nilai investasi akhirnya lebih besar dibandingkan nilai investasi awal.
Hasil riset di atas menegaskan bahwa investasi memang harus jangka panjang. Karena dengan jangka panjang investor dapat meminimalkan risiko kerugian. Hanya saja, bagi investor “serius” yang melakukan strategi ini, jangka waktu investasi yang wajar adalah 15 tahun. Apabila kurang, maka terdapat kemungkinan tujuan investasinya tidak tercapai
Padahal jika melihat jangka waktu yang lebih panjang, tingkat return investasi ternyata tidak seperti yang diharapkan. Berdasarkan data IHSG dari tahun 1984 – 2017, ternyata rata-rata return tahunan IHSG untuk investasi yang berkisar antara 3 – 15 tahun adalah berkisar dari 17.8% - 11.1%. Semakin panjang periode investasi, semakin kecil pula rata-rata return yang diperoleh investor. Tapi sejalan dengan grafik probabilitas sebelumnya, kemungkinan investor untuk mengalami kerugian juga semakin kecil.
Dengan tingkat return yang berada di bawah ekspektasi perencanaan keuangan pada umumnya yang berkisar antara 20% - 25%, maka bagi investor diperlukan strategi investasi yang lebih aktif untuk mengoptimalisasi tingkat return sekaligus menjaga agar tujuan keuangan tetap tercapai. Untuk itu, investor dapat melakukan strategi yang kedua yaitu strategi Portfolio Rebalancing.
Portofolio Rebalancing adalah strategi investasi dimana pada saat yang tepat investor melakukan profit taking dan mengamankan profit tersebut pada instrumen investasi yang aman. Strategi ini mungkin tidak akan memberikan profit maksimal pada saat kondisi harga sedang naik tinggi seperti yang dihasilkan dengan strategi buy and hold. Akan tetapi cara ini mampu menjaga agar dana investor tidak terlalu tergerus dan mengamankan sebagian profit (jika ada) pada saat kondisi saham sedang tidak terlalu bagus.
Penggunaan ekspektasi return yang wajar pada tabel di atas dapat dijadikan sebagai acuan investor dalam melakukan rebalancing. Asumsi 11% - 17% dapat dipergunakan investor dalam menentukan kapan dia harus melakukan rebalancing. Misalnya ketika dia meyakini apabila kondisi pasar sedang kurang bagus, maka ketika investasinya telah tumbuh 11%, keuntungan tersebut dapat dicairkan dan diamankan di instrumen yang aman seperti deposito atau reksa dana pasar uang. Perlu diperhatikan bahwa strategi portofolio rebalancing tidak sama dengan diversifikasi. Strategi diversifikasi portofolio berusaha meminimalkan risiko dengan menyebar investasi pada beberapa instrumen yang berbeda. Sementara strategi rebalancing lebih menekankan pada penggunaan 2 instrumen investasi yaitu reksa dana saham dan reksa dana pasar uang / deposito. Reksa dana saham berperan sebagai instrumen untuk mencetak keuntungan sementara reksa dana pasar uang / deposito berperan sebagai pengaman keuntungan.
Strategi portofolio rebalancing mungkin lebih tepat namun dalam prakteknya masih terdapat beberapa kendala. Salah satunya adalah biaya redemption dan subcription yang menggerus keuntungan. Selain itu, investor perlu pintar-pintar dalam memilih reksa dana, sebab belum tentu semua reksa dana mampu memberikan tingkat return yang diinginkan oleh investor.
Happy Investing